I. Senin, 19 juli 2010
Mengantar riri ke sekolah,lagi-lagi pengalaman yang berulang seperti Difa, Nanda waktu TK dulu. Semuanya tidak mudah untuk beradaptasi dengan segera. Riri saja sudah hampir sepekan sekolah sampai sekarang belum juga bisa menyatu dengan lingkungan barunya, sekolah TK Al Fityan. Membutuhkan kesabaran yang berlipat ganda menghadapi anak yang tidak mudah untuk segera beradaptasi dengan lingkungan baru. Belum lagi saya sakit mata yang mengganggu. Betul-betul ekstra kesabaran.
****
II. Al fityan gowa, 11 juni 2011, sabtu
Melihat penamatan sekolah TK, membuatku tersadar bahwa anak ke 3 yg diamanahkan oleh Allah kepada kami berdua, semakin beranjak besar. Dunia balita sebentar lagi akan ditinggalkan oleh si Riri, Riri kan naik kelas B. Tahun depan naik SD. Hmmm...waktu itu bagaikan pedang katana yang menebas tanpa meninggalkan percikan darah..usia yang semakin bertambah akan kah berbanding lurus dengan capitalisasi pundi-pundi amal untuk hidup yang abadi ? Tidak kah kita justru selalu gagal untuk adu cepat dengan usia ? Kita selalu saja tinggal kelas untuk masalah meng increase kualitas hidup khususnya dimensi spritual..saya berharap bahwa kualitas hidup menjadi komitmen untuk senantiasa di improve..alfityan 10:28
********
III. 16 juni 2012
Riri berbaur dengan teman-temannya untuk melakukan ritual tahunan di sekolahnya TK Al Fityan yakni upacara penamatan. Anakku riri, tidak terasa anakda sekarang sudah tamat TK, yang sebentar lagi akan memasuki tahap sekolah SD. Abimu ini hanya bisa menguatkan tekad dalam hati bahwa anak-anaknya abi haruslah bisa mengecap bangku sekolah, bagaimanapun caranya karena abi hanya bisa mewariskan semangat sebuah visi bahwa orang yang berilmu pastilah ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Orang yang berilmu pastilah selangkah lebih di depan dibanding dengan yang tidak, karena dengan ilmu dapat mengantarkan anakda pada logika yang benar, dengan logika yang benar akan sampai pada pengetahuan yang benar, dengan pengetahuan yang benar akan sampai pada keyakinan yang benar (ini ajaran guru abi yang bertebaran dimana-mana). Ketika keyakinan yang benar sudah tertancap dengan kuat menghujam jiwa, maka persoalan benar-salah,baik-tidak baik,indah-jelek anakda sudah bisa memilihnya tanpa sedikitpun keraguan di dalamnya. Itulah yang abi harapkan, anakda memiliki karakter, sikap. Karakter adalah sebuah kecerdasan afektif yang tidak didapatkan bangku kelas, dia didapatkan lewat pergaulan dengan teman, lingkungan, belajar dari alam semesta.
Ah, anakku terlalu banyak hal yang ingin abi ingin sampaikan tapi abi khawatir jangan sampai itu adalah intimidasi terselubung akan harapan seorang orang tua terhadap anaknya. Namun tunggu dulu, bukankan kewajiban orang tua untuk membekali anaknya dengan berbagai macam kunci-kunci, bahkan kalau perlu cukup 1 kunci saja yaitu kunci inggris, yang diwariskan kepada anak sebagai ikhtiar dalam mengatasi nasib atau takdir hidupnya. Kenapa kunci inggris ? Karena cukup dengan kunci inggris maka semua baut dapat dibuka, kunci inggris adalah kunci yang memiliki tingkat adaptif yang sangat tinggi, fleksebiltas yang sangat handal, dan kekuatan yang mumpuni. Karakter kunci inggris inilah yang dapat eksis dan survive di abad yang sangat turbulens, ekstrim dan semakin kompleks.
Nah, harapan yang diturunkan dalam bentuk penyediaan instrumen-instrumen yang dapat menampung harapan itulah yang saya kira adalah kewajiban orang tua untuk memperkenalkannya, membiasakannya dengan anak. (dari Gowa 9.11 AM, 16 Juni 2012)