Rabu, 26 Desember 2012
Nilai Sementara Pereknomian Indonesia
Minggu, 12 Agustus 2012
OMS dan data yang “berbunyi”
Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) atau yang sekarang lebih dikenal dengan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam 2 dekade terakhir berupaya melakukan reformulasi terhadap desain gerakan yang selama ini dilakukan dalam mendorong perubahan di masyarakat. Perubahan yang dimaksud adalah tumbuhnya kesadaran kritis di kalangan masyarakat agar mereka berani menyuarakan hak-hak mereka dan memberikan kritik konstruktif terhadap penyelenggara pemerintah, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak dasar masyarakat dalam bidang pelayanan publik.
Kalau selama ini OMS menampilkan strategi gerakan dengan lebih banyak pada strategi konfrontasi dengan pengambil kebijakan (pemerintah), maka pilihan strategi ini sudah tidak menjadi mainstream dalam gerakan OMS. Upaya ini adalah suatu bentuk metarmofosis dalam desain strategi gerakan di OMS. Metamorfosis itu dapat dicirikan dalam bentuk :
a.OMS mengarahkan perubahan keadaan di masyarakat yang tadinya diam atau hanya menerima keadaan, menjadi lebih berani untuk bersuara mengungkapkan keinginannya (dari diam dirubah menjadi bersuara).
b.OMS mengarahkan perubahan keadaan para aktivis OMS dari yang semula hanya berteriak tanpa fakta dan analisis, menjadi para aktivis OMS yang dalam gerakannya berdasarkan analisis dan berhitung (dari berteriak diubah menjadi berhitung dan menganalisis).
c.OMS mengarahkan keadaan masyarakat dari pihak yang semula hanya mampu bereaksi menjadi pihak yang mampu melakukan gerakan/aksi guna memberitahukan pihak-pihak yang berkepentingan (dari bereaksi dirubah menjadi Aksi).
d.OMS mengarahkan keadaan masyarakat dari pihak yang semula hanya mampu memberikan respon sesaat, menjadi pihak yang mampu melakukan aksi yang informatif dan berkelanjutan (dari merespon sesaat diubah menjadi aksi yang berkelanjutan).
Agar desain strategi gerakan tersebut dapat berhasil maka dukungan data berdasarkan dari fakta yang dapat dipertanggungjawabkan adalah hal yang mutlak dilakukan.
Masalah umum yang sering didapati di OMS adalah masih lemahnya kemampuan OMS dalam menyajikan analisis suatu masalah berdasarkan data yang berisi fakta dan dapat dipertanggungjawabkan. Kelemahan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan metodologi dalam mengolah suatu fakta agar menjadi data yang “berbunyi”, yang berdampak pada keringnya penelitian-penelitian yang dilakukan dari unsur-unsur kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan berprespektif disiplin ilmu sosial.
Penulis dalam bulan Ramadhan ini melakukan safari penelitian bersama-sama dengan teman-teman di KOPEL yang sementara menangani program Consolidation of Civil Society in Monitoring the Accountability of Local Budget (Di Kota Parepare-Sulsel, Kota Kupang-NTT, Kab. Bantul-DI Yogyakarta) yang merupakan kerja sama UNI EROPA dengan KOPEL, dan program Strengthing Integrity and Accountability Program (SIAP) II (Kab. Sinjai), kerja sama YAPPIKA dan KOPEL atas dukungan USAID, menjadikan survey sebagai instrumen dalam ikhtiar mewujudkan KOPEL sebagai sebuah lembaga OMS yang sarat dengan analisis berbasis data.
Satu hal yang menggembirakan adalah apresiasi yang terpancar dari masyarakat sipil baik itu parlemen group maupun komunitas dampingan KOPEL untuk melibatkan diri dalam penelitian yang sementara dilakukan. Virus untuk mendesain gerakan yang lebih sistimatis dan lebih berbobot nampaknya sudah mulai menular ke masyarakat sipil yang nota bene selama ini jauh dari gerakan yang berbasis penelitian.
Disadari bahwa dengan keterlibatan dalam kegiatan seperti ini akan memberi dampak pada penguatan masyarakat sipil. Dampak tersebut antara lain, tambahan pengetahuan terutama dalam bagaimana menyusun sebuah kerangka survei dengan metodologi yang tepat dapat terpahami, kemudian bagaimana dari data yang sudah dikumpulkan dapat dianalisisi sehingga menjadi data yang dapat “berbunyi”, dan terkahir adalah hasil analisis tersebut menjadi “senjata” dalam melakukan advokasi kebijakan publik di daerah masing-masing. Semoga. [dari Sinjai, 12 Agustus 2012)
Senin, 25 Juni 2012
Dunia Riri dan Kunci Inggris
I. Senin, 19 juli 2010
Mengantar riri ke sekolah,lagi-lagi pengalaman yang berulang seperti Difa, Nanda waktu TK dulu. Semuanya tidak mudah untuk beradaptasi dengan segera. Riri saja sudah hampir sepekan sekolah sampai sekarang belum juga bisa menyatu dengan lingkungan barunya, sekolah TK Al Fityan. Membutuhkan kesabaran yang berlipat ganda menghadapi anak yang tidak mudah untuk segera beradaptasi dengan lingkungan baru. Belum lagi saya sakit mata yang mengganggu. Betul-betul ekstra kesabaran.
****
II. Al fityan gowa, 11 juni 2011, sabtu
Melihat penamatan sekolah TK, membuatku tersadar bahwa anak ke 3 yg diamanahkan oleh Allah kepada kami berdua, semakin beranjak besar. Dunia balita sebentar lagi akan ditinggalkan oleh si Riri, Riri kan naik kelas B. Tahun depan naik SD. Hmmm...waktu itu bagaikan pedang katana yang menebas tanpa meninggalkan percikan darah..usia yang semakin bertambah akan kah berbanding lurus dengan capitalisasi pundi-pundi amal untuk hidup yang abadi ? Tidak kah kita justru selalu gagal untuk adu cepat dengan usia ? Kita selalu saja tinggal kelas untuk masalah meng increase kualitas hidup khususnya dimensi spritual..saya berharap bahwa kualitas hidup menjadi komitmen untuk senantiasa di improve..alfityan 10:28
********
III. 16 juni 2012
Riri berbaur dengan teman-temannya untuk melakukan ritual tahunan di sekolahnya TK Al Fityan yakni upacara penamatan. Anakku riri, tidak terasa anakda sekarang sudah tamat TK, yang sebentar lagi akan memasuki tahap sekolah SD. Abimu ini hanya bisa menguatkan tekad dalam hati bahwa anak-anaknya abi haruslah bisa mengecap bangku sekolah, bagaimanapun caranya karena abi hanya bisa mewariskan semangat sebuah visi bahwa orang yang berilmu pastilah ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Orang yang berilmu pastilah selangkah lebih di depan dibanding dengan yang tidak, karena dengan ilmu dapat mengantarkan anakda pada logika yang benar, dengan logika yang benar akan sampai pada pengetahuan yang benar, dengan pengetahuan yang benar akan sampai pada keyakinan yang benar (ini ajaran guru abi yang bertebaran dimana-mana). Ketika keyakinan yang benar sudah tertancap dengan kuat menghujam jiwa, maka persoalan benar-salah,baik-tidak baik,indah-jelek anakda sudah bisa memilihnya tanpa sedikitpun keraguan di dalamnya. Itulah yang abi harapkan, anakda memiliki karakter, sikap. Karakter adalah sebuah kecerdasan afektif yang tidak didapatkan bangku kelas, dia didapatkan lewat pergaulan dengan teman, lingkungan, belajar dari alam semesta.
Ah, anakku terlalu banyak hal yang ingin abi ingin sampaikan tapi abi khawatir jangan sampai itu adalah intimidasi terselubung akan harapan seorang orang tua terhadap anaknya. Namun tunggu dulu, bukankan kewajiban orang tua untuk membekali anaknya dengan berbagai macam kunci-kunci, bahkan kalau perlu cukup 1 kunci saja yaitu kunci inggris, yang diwariskan kepada anak sebagai ikhtiar dalam mengatasi nasib atau takdir hidupnya. Kenapa kunci inggris ? Karena cukup dengan kunci inggris maka semua baut dapat dibuka, kunci inggris adalah kunci yang memiliki tingkat adaptif yang sangat tinggi, fleksebiltas yang sangat handal, dan kekuatan yang mumpuni. Karakter kunci inggris inilah yang dapat eksis dan survive di abad yang sangat turbulens, ekstrim dan semakin kompleks.
Nah, harapan yang diturunkan dalam bentuk penyediaan instrumen-instrumen yang dapat menampung harapan itulah yang saya kira adalah kewajiban orang tua untuk memperkenalkannya, membiasakannya dengan anak. (dari Gowa 9.11 AM, 16 Juni 2012)